Kamis, 21 Oktober 2010

SWOT n SWORD Analysis

"OH nooooooo...how stupid am i...how i don't know about SWOT n SWORD Analysis!!!"

Before we pull out the SWORD, let's review the SWOT.

The SWOT analysis is an industry standard tool used to describe several options, and detail the (S)trengths (W)eaknesses (O)pportunities and (T)hreats associated with each option. The SWOT analysis is the foundation of my SWORD analysis.

Why not just use SWOT? It limits the decision making to a single option. Too often, I found myself stuck using this analysis because people could not come to agreement over a single option. The beauty of my SWORD analysis is it brings people out of the box, and allows for flexibility, and, more importantly, creativity.

We covered the SWOT acronym so what does SWORD mean?
* Strengths - List the strengths (pros) for each option.
* Weaknesses - List the weaknesses (cons) for each option
* Opportunities - List any opportunities that the option creates.
This ones a little challenging and takes practice.
* Risks - How does the option affect the quadruple constraint for the project?
Scope, Schedule, Cost, and Quality
* Decisions - This is the key difference in the SWORD analysis.
Instead of limiting decisions to a single option, this element allows the CCB to
pick and choose different elements from each option and ultimately drives to
consensus quickly.

from >> http://EzineArticles.com/?expert=Stephen_Yuhas

Rabu, 20 Oktober 2010

Batubara : Sifat

Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat dialam dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignit, subbitumine, antrasit. Berdasarkan atas kandungan zat terbang (volatile matter) dan besarnya kalori panas yang dihasilkan batubara dibagi menjadi 9 kelas utama.

Dalam perdagangan dikenal istilah Hard Coal dan Brown Coal. Hard Coal adalah jenis batubara yang menghasilkan gross kalori lebih dari 5.700 kcal/kg dan dibagi :
a. Kandungaan zat terbang (volatile matter) hingga 33 %, termasuk klas 1-5.
b. Kandungan zat terbang (volatile matter) lebih besar 33 %, termasuk klas 6-9.

Hard coal merupakan jenis batubara dengan hasil kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan bitumine / subbitumine dan lignit (brown coal).

Sifat batubara jenis Antrasit :
1. Warna hitam sangat mengkilat dan kompak
2. Nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi.
3. Kandungan air sangat sedikit.
4. Kandungan abu sangat sedikit.
5. Kandungan sulfur sangat sedikit.

Sifat batubara jenis bitumine / subbitumine :
1. Warna hitam mengkilat, kurang kompak.
2. Nilai kalor tinggi, kandungan karbon relatif tinggi.
3. Kandungan air sedikit.
4. Kandungan abu sedikit.
5. Kandungan sulfur sedikit.

Sifat batubara jenis lignit (brown coal) :
1. Warna hitam, sangat rapuh.
2. Nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit.
3. Kandungan air tinggi.
4. Kandungan abu banyak.
5. Kandungan sulfur banyak.

Batubara merupakan bahan bakar padat yang mengandung abu, oleh karena itu pemanfaatan batubara akan melibatkan biaya tinggi untuk alat yang diperlukan bagi penanganan (coal handling) dan pembakaran batubara. Itu semua bertujuan untuk mengeliminir debu dan abu.

Penanganan batubara memerlukan pengamanan, karena ada beberapa masalah dalam penanganan batubara antara lain :
a. Batubara dapat terbakar sendiri
b. Batubara dapat menimbulkan ledakan
c. Batubara dapat menimbulkan pencemaran, kalau ada angin kencang debunya beterbangan kemana-mana

TERBAKAR SENDIRI
Batubara dapat terbakar sendiri setelah mengalami proses yang bertahap yaitu :

1. Tahap pertama : mula-mula batubara akan menyerap oksigen dari udara secara perlahan-lahan dan kemudian temperature batubara akan naik

2. Tahap kedua : sebagai akibat temperature naik kecepatan batubara menyerap oksigen dari udara bertambah dan temperature kemudian akan mencapai 100-1400C

3. Tahap ketiga : setelah mencapai temperature 1400C, uap dan CO2 akan terbentuk

4. Tahap keempat : sampai temperature 2300C, isolasi CO2 akan berlanjut

5. Tahap kelima : bila temperature telah berada diatas 3500C, ini berarti batubara telah mencapai titik sulutnya dan akan cepat terbakar

SEBAB-SEBAB TERBAKAR SENDIRI


Batubara merupakan bahan bakar organic dan apabila bersinggungan langsung dengan udara dalam keadaan temperature tinggi (misalnya musim kemarau yang berkepanjangan) akan terbakar sendiri.
Keadaan ini akan dipercepat oleh :

a. Reaksi eksothermal (uap dan oksigen diudara), hal ini yang paling sering terjadi
b. Bacteria
c. Aksi katalis dari benda-benda anorganik

Sedangkan kemungkinan terjadinya terbakar sendiri terutama antara lain :

a. Karbonisasi yang rendah (low carbonization)
b. Kadar belerangnya tinggi (>2%). Ambang batas kadar belerang sebaiknya 1,2% aja

PENANGGULANGAN BATUBARA YANG TERBAKAR SENDIRI


Jika batubara ditimbun ditempat penimbunan yang tertutup (indoor storage) maka harus dibuat peraturan agar gudang penyimpanan tersebut bersih dari endapan-endapan debu batubara, terutama yang ditemukan dipermukaan alat-alat. Dengan demikian maka perlu ada perawatan yang terus menerus dan konstan. Apabila tempat penimbunan ini terbuka (outdoor storage) maka sebaiknya dipilihkan tempat yang rata dan tidak lembab, hal ini untuk menghindari penyusupan kotoran-kotoran (impurities). Untuk batubara yang berzat terbang tinggi perlu dipergunakan siraman air (sprinkler). Penyimpanan batubara yang terlalu lama juga membahayakan, paling lama sebaiknya 1 bulan.

TINGGI ONGGOKAN

Tingginya onggokan tumpukan batubara memang sulit untuk ditentukan sebab masing-masing tempat penimbunan memiliki kondisi sendiri-sendiri antara lain iklim, kelembaban, penyinaran.

PENGECEKAN DINI TERHADAP GEJALA TERBAKAR

a. Pengecekan Temperatur
Untuk mengetahui temperature maksimum dari onggokan batubara dapat ditentukan 1-2m dibawah permukaan dari tumpukan. Caranya : buat lubang vertical dibantu dengan pipa berperforasi. Kegunaan pipa agar lubang tidak tertimbun batubara lagi sedang kegunaan perforasi agar temperature didalam lubang sama dengan temperature dalam onggokan.

b. Batubara dapat menimbulkan ledakan
Ledakan debu batubara disebabkan oleh :
1. Ukuran partikel debu : <20 br="" mesh="" mm="">2. Terdapat hubungan antara zat terbang dan derajat peledakan

Volatile ratio = Volatile (%)/ [Volatile (%) + Fixed carbon (%)]

Apabila volatile ratio >0,12 maka kemungkinan terjadinya ledakan debu batubara selalu ada. Bila komponen abu dalam debu batubara >70-80% maka tidak perlu takut bahaya ledakan. Kondisi untuk meledak akan terjadi bila partikel-partikel halus cukup waktu mengembangnya (floating time). Juga adanya gas-gas pembakar dalam udara dapat membantu terjadinya peledakan.

c. Cara penanggulangan ledakan
1. Gunakan gas inert (gas N2). Gas ini cukup mahal harganya, selain itu juga cepat menguap sehingga selalu harus diperiksa valve pressurenya. Tempatkan tabung gas N2 ini didalam tempat penyimpanan batubara gerus (pulverized coal bin), juga dibagian filter (B/F)
2. Dilakukan pembersihan secara periodic untuk menghindari pembentukan endapan debu batubara
3. Menghilangkan kemungkinan sumber tercapainya titik sulut batubara (ignition point) didalam instalasi
4. Perhatikan, dicari dan temukan sumber kebakaran sedini mungkin
5. Dalam hal timbunan batubara ditutupi dengan plastic usahakan agar konsentrasi O2 kurang dari 12%. Pada timbunan terbuka, penggunaan siraman air dengan menggunakan sprinkler system yang otomatis akan sangat membantu dalam usaha mencegah kebakaran batubara.

Caranya : control operator panel (CPO) di pipa ditaruh didalam timbunan batubara kemudian distel pada temperature tertentu. Apabila temperature timbunan batubara meningkat dan melebihi temperature yang distel di COP, maka sprinkler otomatis akan bekerja sendiri menyirami timbunan batubara tersebut.

Perawatan debu batubara

Lembaran plastic penutup timbunan batubara adalah yang terbaik, diusahakan tidak menggunakan plastic berwarna gelap. Timbunan dipadatkan dengan bulldozer untuk mengurangi hadirnya oksigen didalam sela-sela batubara. Pada timbunan batubara terbuka permukaan timbunan sebaiknya disemprot dengan cairan yang mengeraskan permukaan. Cairan ini adalah produk tambahan dari pengilang minyak.

(sumber: Batubara & Gambut, Ir. Sukandarrumidi, MSc. Ph.D)